Adi Raharjo, Wakil Bendahara DPW PKB Kepri - Sekretaris DKW Garda Bangsa Kepri |
Sebagai bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama dan kader Partai Kebangkitan Bangsa, saya melihat Hari Santri bukan sekadar seremonial dengan sarung dan peci, tapi sebagai momen refleksi nasional — untuk mengingat siapa kita, dari mana kita berasal, dan ke mana arah perjuangan ini harus dibawa.
Santri dan Politik Kebangsaan
Santri tidak lahir di ruang hampa. Sejak awal, santri adalah bagian dari denyut perjuangan bangsa. Resolusi jihad 22 Oktober 1945 menjadi saksi bahwa santri bukan hanya ahli doa, tapi juga ahli bela negara. Hari ini, bentuk perjuangan itu tentu berubah — bukan lagi mengangkat senjata, tapi mengangkat kesadaran, kejujuran, dan keberanian dalam politik kebangsaan.
Di tengah hiruk-pikuk politik modern, di mana kadang nilai digadaikan demi posisi, santri harus tampil dengan wajah berbeda. Santri harus jadi penyejuk, bukan pemecah. Santri harus menjadi pemimpin yang berpijak pada akhlak, bukan sekadar ambisi.
Di Kepulauan Riau, saya melihat banyak anak muda dengan semangat santri yang tumbuh — mereka tidak semuanya berasal dari pesantren, tapi memiliki jiwa santri: rendah hati, mau belajar, taat nilai, dan berani bicara benar meski sendirian. Inilah modal sosial besar yang harus kita rawat.
Mengawal Indonesia Merdeka
Bagi kader Garda Bangsa dan PKB, ini artinya berpolitik dengan hati nurani. Kita tidak boleh lupa bahwa politik adalah alat, bukan tujuan. Tujuannya adalah kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan peradaban yang bermartabat.
Santri yang turun ke gelanggang politik harus membawa etika pesantren: tidak mudah tergoda, tidak suka mencaci, dan selalu mengutamakan musyawarah. Di tengah situasi nasional yang kadang panas dengan perbedaan pilihan, santri harus jadi pendingin — bukan bensin di atas api.
Menuju Peradaban Dunia
Bayangkan kalau nilai kejujuran dan keikhlasan ala santri menjadi standar dalam birokrasi dan politik kita. Indonesia akan jauh lebih damai, lebih adil, dan lebih beradab.
Refleksi untuk Kepulauan Riau
Kita perlu memperbanyak ruang dialog antara pesantren, kampus, dan masyarakat. Perlu memperluas program pemberdayaan ekonomi santri dan mendorong agar anak muda Kepri tidak sekadar jadi penonton perubahan, tapi pemain utama.
Santri tidak boleh hanya sibuk dengan sejarah, tapi juga menulis masa depan.
Penutup: Dari Pesantren untuk Negeri
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

0 Komentar